Your smile is everything...

Your smile is everything...

Sabtu, 01 Desember 2012

No Idea

Penelitian? Ga nyangka banget kalo sebentar lagi bakal berkutat sama kata itu. Insya Allah. Yap. Harus dipersiapkan dari sekarang. Udah ada topik sebenernya, seputar unggas. Pas semester 5 ini dapet matkul Unggas Hias, jadi tertarik bgt sama bangsa unggas ini. Tapi... biayanya pasti ga main-main. Secara unggas hias men. Itu sih sekedar pemikiranku yang masih cetek ilmu. Awalnya, pengen ngangkat topik tentang itik aja. Biar sesuai dan (mungkin) bisa diterapkan di kota telor asin :) Ah belum tau deh persisnya gimana, yang penting, ane masih semester 5 dan masih ada kewajiban kuliah ples job desk yang lain. Asik. Tapi ga bisa main main juga sama satu kata itu. Mohon bimbingannya ya.

Selasa, 07 Agustus 2012

Salam Hangatku untuk Hani dan Arif

Tiba-tiba kangen banget masa kecil nih :) Dulu, aku terkenal banget dengan sebutan 'si kembar'... Ya, jauh sebelum adikku yang paling kecil lahir (Arif), aku dan Hani (adikku) sering dipanggil 'anak kembar'. Kala itu, aku pun terima-terima saja karena aku tidak terlalu peduli. hehe. Tapi, lama kelamaan agak aneh juga kalo kita dipanggil 'kembar'. Ya secara, boro-boro muka identik, selisih umur kita aja 3 tahun. jadi inget, pas kecil dulu, aku dan Hani sering dibelikan baju oleh Ibu yang sama persis. Dari warna, model, harga. Cuma satu yang membedakan, ukuran. Dulu, Hani itu tingginya sepundakku. Setidaknya, aku pernah lebih tinggi lah dari dia :p Tapi sekarang kalo ditanya tinggi siapa? Mungkin aku sedikit ciut. Haha. Sekarang berbalik arah, malah tinggiku sekitar sepundaknya. Tapi, gapapa :) Ya, dulu ketika kecil, kami serrrriiiing sekali bertengkar. Gara-gara rebutan permen lah, yoyo lah, boneka lah, asal jangan sampe rebutan cowok deh hahaha. Bahkan, sampai sekarang pun, perbedaan pendapat diantara kita, kadang menimbulkan selisih paham. Tapi, sejauh ini bisa dihandle. Ya, semakin kesini semakin aku sadar bahwa Hani memiliki peran penting untuk mendewasakan aku. Karena dia yang suka menangis pas kecil, kini aku jadi lebih bisa mengalah. Karena dia, banyak pelajaran yang bisa aku petik sebagai seorang 'kakak'. Bukan sekedar 'kakak' untuk Hani dan Arif (adik-adikku), tapi mungkin sosok 'kakak' bagi siapapun yang menganggap aku 'kakak' :) Kadangkala, sosok 'kakak' ini juga ingin dianggap sebagai 'adik' hahaha. Terima kasih untuk segalanya, Hani... Arif... Untuk Hani, terima kasih sudah mau mendengarkan segaaala curhatan Mba Lia, tapi kadang-kadang komennya ga nyambung deh, Han. haha Untuk Arif, terima kasih atas segala cerita ceria yang Arif ceritakan ke Mba Lia sepulang sekolah. Sekolah yang bener ya, ben pinter :) Mba Lia cinta kalian :* Di rumah, Mba Lia bercerita.

Senin, 16 Juli 2012

Galau Bending

'Galau Bending', awalnya aja aku belum tau apa arti kata itu. Sampai akhirnya, aku tau benar maksud temenku bilang itu. Haha, sedikit kocak memang, tapi yaaa sudahlah. Hm, jujur aku baru sekali menghadapi situasi dan kondisi seperti ini. Kata temanku, kamu harus bisa ngelewatin itu semua tanpa ada orang yang tersakiti. Taulah. Waktu aku mendengar kalimat itu untuk pertama kalinya, aku tengah rumit. Otakku cuma berisi kekesalan. Pantas saja aku tidak bisa mencerna kalimat-kalimat yang agak berbau mutiara itu. Haha. 'Galau Bending' alias pengendalian galau. Ya, kini aku tau betul makna frase itu :) Bagaimana tidak, berjam-jam aku belajar mencerna makna tersirat dari frase itu. Galau Bending, bukanlah sekedar nasihat, tapi sekaligus pengalaman bagi orang yang mengutarakannya, termasuk temanku itu. Aku pun demikian. Membiasakan diri dengan sesuatu yang tidak biasa mungkin akan menjadi tantangan tersendiri. And I must be strong. Sebenarnya aku pengen banget menyelesaikannya baik-baik, dengan kepala dingin, sedikit dialog dengan yang bersangkutan tentunya. Tapi, rupanya, yang bersangkutan belum bisa menerima 'ketidakbiasaan' itu. Ya, terlihat jelas. Dan, belum ada kesempatan tentunya. Entah ada atau tidak. Aku pun belum tau. Lagi lagi, aku ingat 'galau bending' haha. Agak kocak rasanya. Temanku itu sang penemu istilah itu :) Mungkin sih. Haha

Senin, 16 April 2012

Gundahku


Tuhan, apa yang sebenarnya tengah aku rasakan?

Terkadang aku merasa mereka mencintaiku dengan apa adanya, tapi tidak jarang pula aku merasa bahwa mereka tidak segan-segan membuatku menangis dengan dahsyatnya.

Ah, mungkin Cuma halusinasiku saja… Tapi ini kerap kali terjadi, Tuhan…
Rasanya, yang ingin aku lakukan sekarang adalah menangis dengan hebatnya. Tapi itu bukan diriku. Kemana aku yang selalu ceria di hadapan mereka?
Sekuat tenaga aku menahan tangis di hadapan mereka.. Karena, dengan menangis hanya di hadapan-Mu lah aku tidak ragu mengekspresikan segala gundahku. Termasuk sekarang. Entah perasaan apa ini… Aku sendiri tidak tahu bahkan tidak ingin tahu karena hanya kecewa lah yang tengah aku rasakan saat ini.

Kerap kali, mereke berkomentar atas diriku. Mungkin, di sisi lain mereka menganggapnya sebagai candaan belaka, tapi sesungguhnya itu sangat menyakitkan untuk aku dengar, Tuhan. Bukankah Engkau pernah berkata bahwa senyum itu ibadah? Senyum… hanya itu yang aku lakukan di depan mereka. Tanpa lawanan. Bertahan. Tapi percayalah Tuhan, itu sangat menyakitkan. Tidak jarang air mata ini bercampur dengan air wudhuku. Tidak jarang pula air mata ini menempel di sajadahku. Rasanya, nyaman sekali bercerita banyak pada-Mu, Tuhan. Tentangku, tentangnya, atau bahkan tentang mereka.
Tuhan, jika Engkau mengizinkan, aku ingin setiap waktu bermanja-manja pada-MU. Tapi Engkau menjanjikan bahwa diluar sana masih banyak pelajaran hidup yang harus aku lalui. Termasuk saat ini. Betulkan itu, Tuhan? Aku percaya pada-Mu, Tuhanku.

Baiklah, aku anggap ini sebagai ujian dan bagian dalam rangkaian catatan hidupku.
Aku anggap ini sebagai not-not yang mengisi setiap bar dalam partitur hidupku.
Bukankah kumpulan not itu akan mengalunkan nada yang indah jika dibawakan dengan baik oleh musisinya?

Mohon izinkan aku menjadi ‘musisi’ yang baik itu, Tuhan.

At last I say, I always love you guys. Everyone. 

Amalia Ikhwanti

Kamis, 12 April 2012

Aku Hanya Ingin Menulis

Aku hanya ingin menulis.
Mungkin, itu judul yang tepat untuk catatan kecilku kali ini. Untukku pribadi, segala curahan hati, entah bahagia, entah duka, selain bercerita kepada Sang Khaliq, tulisanlah media yang tepat saat ini. 
Karena apa? Mungkin kalian berpikir, aku tidak punya teman untuk bercerita tentang perjalanan hidupku. Bisa dibilang, itu tidak tepat. Nyatanya, aku punya teman. Mereka melengkapi duniaku.
Lalu kenapa? Apa aku tipe orang yang melankolis? Aku rasa tidak. Aku sanguinis. Hehe. 
Entahlah, sudah kubilang aku tidak tahu alasan untuk aku menulis.

Kalian tahu? Ada kalanya tulisan kita terlihat begitu indah ketika teman-teman kita mengapresiasi tulisan kita itu. Tetapi, tulisan pun dapat mengoyakkan ketenteraman suatu kaum. Lebay? Tapi itu fakta.
Dengan menulis, aku bisa mencurahkan isi hati yang tidak aku ceritakan kepada teman-temanku. Lewat tulisan, aku sempat mendapatkan achievement, betapa bahagianya kala kuingat kenangan itu.

Aku sadar betul, aku masih harus banyak belajar tentang menulis secara profesional. Tapi, tidak harus menjadi profesional terlebih dahulu, baru kita menulis kan? Pikirku, seseorang akan mendapatkan gelar itu lewat pengalaman menulisnya. Pengalaman? Ngomong-ngomong tentang pengalaman, pasti erat kaitannya dengan cerita. Jika cerita itu tidak kita mulai sekarang, lalu kapan lagi?

Di suatu kamar,  12 April 2012

Amalia Ikhwanti 

Rabu, 11 April 2012

Salam..
Halo, kembali lagi bersama saya, Amalia Ikhwanti.
Terpaksa bikin blog lagi gara-gara lupa password blog yang lama euy hehe.
Oke, sedikit perkenalan tentang diri saya. 
Kelahiran Brebes, 22 Februari 1992. Occupation?
Im getting college at Bogor Agricultural University alias IPB angkatan 47 :)
Salam kenal, Guys. Let's explore my world :)

Selembar Catatanku tentang Perjuangan, Kesabaran dan Kebersamaan

Semua berawal dari mimpi. Terdengar klasik dan membosankan, tapi itu benar adanya. Tahu kenapa? Karena aku telah mengalaminya. Tidak, bukan saja aku, tapi kalian pun pernah atau tengah mengalaminya.

Brebes, pertengahan Februari 2012 pukul 23.00 WIB.
Terdengar deringan SMS dari ponselku. Hening. Kaget. Bersyukur. Itu lah yang terjadi ketika aku membaca SMS dari kawanku. Bagaimana tidak, untuk pertama kalinya, aku dikejutkan dengan hal yang belum biasa aku alami. Paperku lolos ke Taiwan. Dari hatiku terdalam, tak henti-hentinya aku mengucap syukur pada Sang Khaliq atas nikmat yang luar biasa ini. 
Lantas, apa yang aku lakukan? Aku tampak bingung memberitahukan berita ini ke ibu tercinta. Terang saja, begitu aku memberitahukan kabar ini kepada beliau, aku pun ditenangkan dengan ucapan syukur beliau. "Lakukan yang terbaik, Mba Lia.. Jangan lupa bersyukur", itu kata beliau. Betapa bijaksananya Engkau, Bu. 

Bogor, Awal Maret 2012. Kost-Kampus-Kantor Imigrasi Bogor
Liburan pun telah berakhir. Ini waktu untuk berpetualang di tengah ladang ilmu, Kampus Hijauku, IPB. 
Ternyata, ada delegasi IPB yang sama-sama lolos paper ke Hsinchu, Taiwan. Dari awal, kita sudah bertekad untuk berangkat ke negeri kue nanas itu. Aku rasa, inilah masa-masa terberat. Berat, memang berat. Bayangkan saja, di tengah-tengah jadwal akademikku yang bisa dibilang tidak senggang itu, aku dan teman-teman satu team harus wira-wiri ke Kantor Imigrasi untuk mengurusi pasport dan perlengkapan yang lain. Tidak, bukan hanya itu, mencari sponsor yang akan mendanai kami pun harus kami lakukan di tengah-tengah jadwal akademik. Penat. Pusing. 
Tetapi, kami selalu yakin, kami bisa melewati ini semua. Walaupun, semangat tidak jarang mengalami pasang surut. Aku selalu teringat semboyan "YES WE CAN", dari Mr. Toto, tutorku di kelas public speaking selama di Pare, Kampung Inggris. Alhasil, semboyan itu lumayan menjadi trend di kalangan teman-temanku, terutama, teman-teman satu teamku.
Ah, mari kita lanjutkan. Perjuangan pun kita lakukan demi terwujudnya harapan. Tidak jarang kami hanya tidur 2-3 jam per harinya karena mendiskusikan strategi perolehan sponsor. Sampai-sampai, aku pulang ke daerahku untuk meminta sponsor dari daerah. Teman-temanku juga tidak kalah hebat, mereka menghubungi segala instansi dan perusahaan dari daerah mereka masing-masing. Konflik batin, tangis, haru, sampai canda tertoreh di perjalanan kami ini.

Masih Bogor, Pertengahan Maret 2012.
Jadwal keberangkatan semakin dekat, 16 Maret 2012. Dua minggu sebelum keberangkatan, kami masih belum pasti mengenai sponsor. Pada akhirnya, di suatu malam, kami menemukan titik terang di perjalanan kami yang terasa gelap gulita ini. Alhamdulillah, dengan kerendahan hati, kami mengucapkan syukur karena dana sponsor sudah mulai cair. ^^
Kami pun semakin mantap untuk berangkat ke Taiwan, ditambah lagi dengan mengalirnya restu dari orang tua kami masing-masing.
Hari pun berganti lagi. Tak terasa, esok hari sudah hari Jumat, 16 Maret 2012. Itu waktu keberangkatan kami. Jujur, ini pertama kalinya aku naik pesawat dan keluar negeri. Hehe, mungkin norak, tetapi itu fakta ^^
Delegasi IPB berangkat dari Soekarno Hatta pukul 14.00 WIB menuju Taoyoan International Airport, Taiwan.
Alhamdulillah, kami sampai di Negeri Kue Nanas itu pukul 21.00 waktu setempat. Dari sini, perjalanan kami yang sesungguhnya pun dimulai...

Kilas Balik
Rasa syukurku kupersembahkan kepada Allah Sang Khaliq atas segala nikmat-Nya.
Hormatku serta doaku aku persembahkan teruntuk Almarhum Bapak untuk segala pelajaran hidup yang telah beliau berikan padaku.
Ibu.. untaian kata indah sekalipun tidak akan mampu menggantikan pesonamu kala engkau mendidikku dalam sabar. Terima kasih atas segala kasih sayangmu, Ibuku. 
Segala 'kebahagiaanku, aku persembahkan untuk Bapak dan Ibu serta untuk kedua adikku, Hani dan Arief.
Teman-teman satu teamku, Yuni Setyaningsih (Bundo) dan Putri Ariefa Sabrina (Pui). Kalian tahu, kalian tidak pantas disebut teman, karena KITA ADALAH KELUARGA. ^^ You guys really complete me.. *salam kamar 30/A1 cc: Widi Astuti, di dalam kotak yang disebut kamar asrama itulah kami berempat dipertemukan untuk pertama kalinya.
Keluarga dan teman-teman, terima kasih atas dukungan kalian.

Sembari ngemil ubi goreng, kupersembahkan catatanku ini...
Pondok ACC Putri, Bogor, 11 April 2012.

Amalia Ikhwanti