Tuhan,
apa yang sebenarnya tengah aku rasakan?
Terkadang
aku merasa mereka mencintaiku dengan apa adanya, tapi tidak jarang pula aku merasa
bahwa mereka tidak segan-segan membuatku menangis dengan dahsyatnya.
Ah,
mungkin Cuma halusinasiku saja… Tapi ini kerap kali terjadi, Tuhan…
Rasanya,
yang ingin aku lakukan sekarang adalah menangis dengan hebatnya. Tapi itu bukan
diriku. Kemana aku yang selalu ceria di hadapan mereka?
Sekuat
tenaga aku menahan tangis di hadapan mereka.. Karena, dengan menangis hanya di
hadapan-Mu lah aku tidak ragu mengekspresikan segala gundahku. Termasuk
sekarang. Entah perasaan apa ini… Aku sendiri tidak tahu bahkan tidak ingin
tahu karena hanya kecewa lah yang tengah aku rasakan saat ini.
Kerap
kali, mereke berkomentar atas diriku. Mungkin, di sisi lain mereka
menganggapnya sebagai candaan belaka, tapi sesungguhnya itu sangat menyakitkan
untuk aku dengar, Tuhan. Bukankah Engkau pernah berkata bahwa senyum itu
ibadah? Senyum… hanya itu yang aku lakukan di depan mereka. Tanpa lawanan.
Bertahan. Tapi percayalah Tuhan, itu sangat menyakitkan. Tidak jarang air mata
ini bercampur dengan air wudhuku. Tidak jarang pula air mata ini menempel di
sajadahku. Rasanya, nyaman sekali bercerita banyak pada-Mu, Tuhan. Tentangku,
tentangnya, atau bahkan tentang mereka.
Tuhan,
jika Engkau mengizinkan, aku ingin setiap waktu bermanja-manja pada-MU. Tapi
Engkau menjanjikan bahwa diluar sana masih banyak pelajaran hidup yang harus
aku lalui. Termasuk saat ini. Betulkan itu, Tuhan? Aku percaya pada-Mu,
Tuhanku.
Baiklah,
aku anggap ini sebagai ujian dan bagian dalam rangkaian catatan hidupku.
Aku
anggap ini sebagai not-not yang mengisi setiap bar dalam partitur hidupku.
Bukankah
kumpulan not itu akan mengalunkan nada yang indah jika dibawakan dengan baik
oleh musisinya?
Mohon
izinkan aku menjadi ‘musisi’ yang baik itu, Tuhan.
At
last I say, I always love you guys. Everyone.
Amalia Ikhwanti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar